Membuat Tokoh Cerita Yang Memiliki Karakter Kuat dan Memorable dengan 3 Dimensi
Waktu baca-baca cerita di Wattpad aku merasa "Ah, gini doang. Aku juga bisa.." Akhirnya aku coba buat sebuah cerita pendek sebanyak dua chapter, tapi kok pas aku baca lagi ada yang kurang ya. Aku merasa tokoh yang aku buat sama semua, tidak memiliki ciri karakter khusus yang membuat karakter antar tokohnya kuat dan memorable.
Hallo teman-teman semua, perkenalkan nama aku Rama. Terlebih dahulu, aku ucapkan selamat datang di blog aku Ramalan Kata sebuah blog sederhana yang aku bangun sendiri untuk sharing pengalaman dan hobi yang lagi aku jalanin. Di blog ini aku membahas berbagai hal yang aku suka. Mulai dari fotografi, internet, finansial, buku, nulis, anime, hingga pengembangan diri. Suka pembahasan tersebut? Silahkan langsung saja berlangganan atau baca-baca artikelku yang lainnya.
Pada artikel kali ini aku akan membahas mengenai bagaimana cara membuat tokoh yang kuat dan memorable menggunakan 3 dimensi penokohan.
Membuat tokoh yang memiliki karakter yang kuat dan mengena di hati pembaca tentunya penting, karena ketika kita membuat toko seperti itu pembaca akan peduli dengan tokoh kita, dan akan setia membaca Sampai Akhir. Seorang tokoh utama, baik itu protagonis maupun antagonis memiliki tiga unsur utama yang dapat membentuk pengkarakterannya. Ketiga dimensi ini adalah fisiologis, sosiologis, dan psikologis.
Dalam sebuah cerita, Dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis akan berhubungan satu sama lain. Oleh karenanya penting bagi kita untuk merencanakan dari awal unsur-unsur tersebut sebelum menulis sebuah cerita.
Dimensi Fisiologis
Dimensi fisiologis merupakan ciri fisik pada seseorang atau apa yang bisa kita lihat menggunakan mata dari tokoh cerita kita. Mulai dari misalnya tokonya tinggi, matanya bulat, rambutnya hitam legam, pipinya chubby, dan kulit putih, senyum manis, gigi kelinci. 😁
Dimensi fisiologis enggak selalu meliputi warna dan ukuran saja, tapi juga meliputi kecacatan ataupun keabnormalan. Contohnya bisa misal bekas cacar, bekas-bekas jerawat, ataupun hal lain yang lebih detail dari pada ukuran dan warna.
Misalnya, jika ditanya karakter Spongebob itu seperti apa? Maka berdasarkan dimensi fisiologis kita akan menjawab "Spongebob itu berbentuk kotak, berwarna kuning, punya banyak lubang di tubuhnya."
Semua ciri fisik dan unsur fisiologis pada seorang dapat mempengaruhi kehidupannya. Misalnya ada orang-orang yang sangat tidak percaya diri dengan bekas jerawat, atau mungkin seorang pria yang gemar memakai topi karena sudah mengalami kebotakan di usia muda.
Dimensi ini sebenarnya yang paling mudah ketika kita amati, karena ketika kita mengamati seseorang atau melihat orang lain tentunya dimensi inilah yang pertama kita ketahui.
Dimensi Sosiologis
Gampangnya, dimensi sosiologi ini meliputi kondisi sosial dan lingkungan dimana tokoh kita hidup. Unsur-unsur pada dimensi sosiologis ini menjadi sangat penting, karena manusia itu makhluk sosial jadi apa dan bagaimana yang terjadi di lingkungan dapat membentuk karakter seseorang.
Mulai dari kondisi keluarga. apakah tokohmu berasal dari keluarga dengan ekonomi yang serba berkecukupan atau kekurangan, keluarganya harmonis atau tidak, bagaimana sikap anggota keluarga terhadapnya, apakah orang tuanya overprotektif atau memberikan kebebasan kepadanya.
Dari lingkup keluarga kita bisa membuat karakternya lebih hidup. Misalnya aku ambil contoh pada karakter Boruto, karena ayahnya sangat sibuk sebagai hokage dan tidak punya banyak waktu untuk keluarganya, akhirnya membuat karakter Boruto kurang suka terhadap ayahnya yang seorang hokage.
Selain dari keluarga lingkungan juga mempunyai pengaruh yang besar.Misalnya apakah tokoh ini punya banyak teman atau tidak, apakah teman-temannya baik kepada dia, apakah dia termasuk orang yang dipandang, ataupun punya hubungan yang akrap atau tidak dengan orang-orang di sekitarnya.
Bukan cuma bagaimana dia hidup di keluarga dan lingkungan, tetapi unsur-unsur seperti cuaca, iklim, keadaan kota, ataupun geografi dari tempat tinggalnya juga mempengaruhi. Orang-orang yang hidup di desa memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang kota, begitu juga dengan orang-orang yang hidup di area pantai yang berbeda dengan orang-orang yang hidup di gunung.
Aku jadi ingat, saat sekolah guruku pernah bercerita kalau dia baru saja jalan-jalan ke gunung, tentu saja murid-murid pada ngomel "jalan-jalan kok ke gunung?" Bagi teman-temanku melihat gunung dan hutan merupakan hal yang membosankan karena mereka tinggal di gunung, tapi bagi guruku yang rumahnya berjarak 100 meter dari pantai, gunung merupakan tempat refreshing yang menyenangkan.
Kalau bicara tentang tata letak tempat tinggal, tentunya kita bakal berpikir tentang orang jarak ke sekolahnya jauh pasti dia bakal sering menggunakan kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi, kalau jaraknya dekat pasti dia berjalan kaki. Tentu itu bisa memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda di setiap tokohnya.
Untuk dimensi sosiologis ini aku kasih contoh lagi, tokoh bernama Koguma dari anime Super Cub. Koguma tinggal di asrama yatim piatu. Karena jarak ke cukup jauh dan naik turun, Koguma selalu kelelahan setelah mengayuh sepeda ke sekolah. Koguma juga pendiam karena dia pemalu dan kesulitan untuk mendapatkan teman.
Dimensi Psikologis
Dimensi psikologis bisa dibilang hasil gabungan dari dimensi fisiologis dan dimensi sosiologis. Dimensi psikologis itu enggak terbatas pada sifat-sifat tokohnya tapi juga meliputi banyak hal seperti maslaah kejiwaan, kemudian fobia tokohnya, fantasi tokohnya, keinginan, ketakutan, bahkan termasuk rasa bersalah tokohnya, kemudian hasrat, dan seterusnya.
Kenapa dimensi ini disebut sebagi gabungan dari dua dimensi sebelumnya? karena keadaan fisik dan sosial seseorang dapat membentuk psikologi. Psikologi seseorang yang terbentuk dari dua dimensi ini tentunya penting banget, karena membuat kita lebih mudah mengenali orang-orang dari emosi dan sifat mereka.
Misalnya kita ambil contoh, di Indonesia memiliki standar kecantikan dimana wanita yang cantik itu memiliki kulit putih dan tubuh langsing. Maka jika ada seseorang yang merasa tidak memenuhi standar tersebut dia bisa bersikap biasa saja dan menerima keadaanya, mungkin menjadi minder, berusaha untuk bisa tambil sempurna, atau mungkin malah iri. Atau bisa juga jika seseorang merasa mempunyai kecantikan diatas standar tersebut dia malah bersikap sombong, congkak, atau bisa juga tetap rendah hati.
Tiga dimensi ini tentunya bisa kamu pelajari dan bisa kamu dapatkan dengan cara mengamati orang lain.
Mengapa sih kita harus membuat 3 dimensi ini? Karena dengan tiga dimensi ini kita bakal membentuk suatu tokoh yang kuat dan memorable. Sehingga apa yang karakter kita lakukan dalam cerita bakal beralasan dan ada timbul sebab akibat, karena sejatinya sifat orang-orang di kehidupan nyata pun seperti itu.
Jadi kita bisa memahami kenapa dia berbuat a, kenapa dia sifatnya jadi B. Lalu adanya kekurangan dan kelebihanya itu ada penyebab dan asal-usulnya. Menjadikan si tokoh lebih manusia dan lebih related dengan pembaca sehingga pembaca juga merasakan ada orang seperti ini di lingkungannya. Atau justru pembaca merasa mempunyai kemiripan dengan tokoh tersebut.
Jika suatu tokoh memiliki karakter yang dekat dengan pembaca maka akan muncul ikatan-ikatan yang nantinya bakal menimbulkan kepedulian dan Simpati dari pembaca kepada tokohnya, sehingga pembaca bakal terus membaca sampai akhir.
Ok deh, cukup sekian pembahasan kali ini ini mengenai membuat tokoh cerita yang kuat dan memorable dengan tiga dimensi tokoh. Tulis di kolom komentar bila kamu punya pertanyaan atau masukan.
Komentar
Posting Komentar